Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Sejarah Kerajaan Mataram Islam

www.jalansejarah.com

Mataram Islam merupakan kerajaan yang terletak di tengah pulau Jawa.

Berkaitan dengan berdirinya Kerajaan Mataram Islam, di masyarakat berkembang mitos tentang Nyai Lara Kidul Ratu penguasa Laut Selatan yang konon menjadi istri raja-raja Mataram. 

Pertemuan secara gaib antara raja Mataram Islam dengan Nyai Lara Kidul diceritakan terjadi disekitar muara Kali Opak dan Progo, mitos ini maseh berlangsung sampai sekarang. 

Pada awalnya Mataram merupakan sebuah wilayah yang dihadiahkan Sultan Adiwijaya (Sultan Pajang) kepada Ki Gede Pemanahan, 

karena keberhasilannya membantu Sultan Adiwijaya membunuh Arya Penangsang ketika memperebutkan tahta Kesultanan Demak setelah meninggalnya Sultan Trenggana.

Pendiri Dinasti Mataram Islam adalah Ki Ageng Pemanahan (Ki Ageng Mataram / Ki Gede Mataram), 


diceritakan bahwa Ki Ageng Pemanahan adalah cucu dari Ki Ageng Sela (Sesela) yang mermukim di Sesela, di daerah Grobongan sebelah selatan Demak. 

Pada masa Ki Ageng Pemanahan Mataram sudah mulai menunjukan kemajuannya. 

Pada tahun 1575 Ki Ageng Pemanahan meninggal dan digantikan oleh putrannya  Sutawijaya yang bergelar Panembahan Senopati Ing Alaga Sayidin Panatagama, terkenal sangat pemberani dan mahir dalam berperang.

Sutawijaya dalam memimpin Mataram Islam memiliki cita-cita luhur yaitu : menjadikan Mataram Islam sebagai kerajaan tertinggi dipulau Jawa menggantikan Pajang. 


Pada tahun 1586 Sutawijaya mengangkat dirinya sebagai Sultan Mataram Islam, pada saat itu wilayah yang mengakui Kerajaan Mataram Islam adalah Mataram, Kedu dan Banyumas.  

Munculnya sutawijaya sebagai Sultan Mataram Islam ditentang oleh wilayah-wilayah pesisir pulau Jawa, Sutawijaya  meninggal tahun 1601, ia baru menguasai wilayah Jawa Tengah dan sebagian Jawa Timur, 

Sutawijaya  kemudian digantikan oleh Raden Mas Johan (Seda Krapayak) yang bergelar Sultan Hanyakrawati, 

ia hanya mampu mempertahankan wilayah kekuasaan yang ditinggalkan oleh ayahnya, Raden Mas Johan meninggal tahun 1613. 


Kemajuan-kemajuan yang dicapai pada Masa Kejayaan Kerajaan Mataram Islam

Bidang Politik

Pada bidang politik Sultan Agung berhasel menyatukan kerajaan-kerajaan Islam di Jawa. 

Usahanya dapat dilihat ketika Sultan Agung perlawanan dari Alianseh adipati Lasem, Tuban, Jipang, Wirosobo, Pasuruhan, Arisbaya dan Sumenep yg dipimpin adipati Surabaya, 

namun mereka dapat dikalahkan, dikarenakan para Adipati tersebut kehabisan bekal. 

Pada tahun 1616 Sultan Agung dapat nguasai Lasem, tahun 1617 menguasai Pasuruan, tahun 1620 menguasai Tuban, tahun 1624 menguasai Madura, dan tahun 1625 menguasai Madura.
 

Selanjutnya Sultan Agung juga meluncurkan serangan besar-besaran sebanyak dua kali yaitu pada tahun 1628, Sultan Agung mengirim pasukan dari Kerajaan Mataram Islam untuk menguasai Batavia, 

pada tahun 1629 kembali mengirim pasukan untuk merebut Batavia dari tangan kompeni Belanda, namun gagal, 

kegagalan yang kedua ini disebapkan bocornya rencana penyerangan melalui pedagang dan mata-mata Mataram Islam yang tertangkap.

Mengenai birokrasi pemerintahan, sudah terdapat pembagian tugas, misalnya untuk pemerintahan dalam istana (pembagian lebet) dan pemerintahan luar istana (pemerintahan jawi). 


Untuk pemerintahan dalam istana pengurusan dibebankan kepada empat orang wedana, Wedana Gedong Kiwc, Wedana Gedong Tengen, Wedana Keparak Kiwa, Wedana Keparak Tengen. 

Wedana Gedong bertugas mengurusi keuangandan perbendaharaan istana, Wedana Keparak mengurusi keprajuritan dan pengadilan.


Bidang Ekonomi

Mataram Islam merupakan negara Agraris yang tetap mengutakana pertanian. 

Dalam berita-berita kuno disebutkan bahwa letak geografis serta kondisi ekonomi Mataram Islam belum memungkinkan kerajaan muda ini menjalin hubungan perdagangan dengan daerah-daerah lain. 

Dasar-dasar kehidupan maritin belum dimiliki oleh Masyarakat Mataram Islam. 

Kelebihan produksi beras dan hasil-hasil lainnya tidak mungkin diangkut kepelabuhan ekspor karena kedua sungai, Opak dan Progo. 

Selain beras Mataram Islam juga menghasilkan gula kelapa (gula jawa) dan gula arem, gula kelapa dan gula kelapa diekspor keluar melalui Tembayat dan Wedi. 


Penggunaan kekerasan (politik militer) dalam menegakkan kekuasaan dipesisir Utara Jawa mengakibatkan Mataram Islam mengambil sikap yang tidak menguntungkan bagi perkembangan perdagangan. 

Hancurnya kota-kota pantai menyebapkan bayak saudagar meninggalkan pulau jawa dan akhirnya Jawa tidak lain berperan dalam pedagangan transito rempah-rempah yang datang dari Maluku. 

Hal ini jelas akan mendorong Mataram Islam tetap menjadi kerajaan Agraris.


Bidang Sosial dan budaya

Pada tahun 1633, Sultan Agung membuat kebijakan baru dalam membudayakan islam di Jawa, yaitu membuat kalender Jawa Islam. 

Kalender Jawa Islam dihitung berdasakan perjalann Matahari (setahun 365 hari). 

Setelah diubah, maka perhitungan kalender Jawa didasarkan pada perjalanan bulan (setahun 354 hari).

Untuk melegitimasi kepemimpinannya, Sultan Agung juga memakai gelar Sunan. 

Gelar sunan ketika  itu hanya dipakai oleh para wali, artinya Sultan Agung sudah memposisikann dirinya sebgai seorang ulama besar yang sederajat dengan para wali. 

Sultan Agung juga dikenal sebagai sebagai seorang yang gemar kepada kesusastraan. Ian mnegarang Sastra Gending, sebuah karangan sastra yang  beraliran mistik.

Adapula pujangga, pujangga ini adalah pejabat yang mempunyai keahlian dalam berbagai bidang pengetahuan seperti, sastra, seni, sejarah, ngelmu Jawa. 


Oleh karena itu ditugaskan menulil syair (tembang) peristiwa-peristiwa keraton, cerita sejarah (babad), menulis ramalan, filsafat, petuah-petuah, cerita pewayangan dan lain sebagainya. 


Faktor kemajuan dan kemunduran Kerajaaan Mataram Islam



Faktor kemajuan Kerajaan Mataram Islam

Kerajaan Mataram Islam mencapai puncak kejayaan pada masa Sultan Agung. 

Ia banyak berjasa dalam bidang kebudayaan dan agama. Ia mengarang Serat Sastra Gending yang berisi filsafat Jawa, 

menciptakan penanggalan tahun Jawa, dan memadukan unsur Jawa dan Islam, seperti penggunaan gamelan dalam perayaan Sekaten untuk memperingati Maulud Nabi.
 

Faktor kemunduran Kerajaan Mataram Islam

  • Masuknya kolonial Belanda ke nusantara yang berusaha untuk melemahkan kekuasaan Kerajaan Mataram Islam.
  • Perselisihan antara pewaris tahta Mataram Islam. 
  • Dipecahnya Mataram Islam menjadi 2 kerajaan, berdasarkan perjanjian Giyanti. 
  • Perpecahan yang terjadi di dalam Kerajaan Mataram Islam.   


Perannya Kerajaan Mataram Islam Dalam Penyebaran Islam


Penggunaan gelar Sayidin Panatagama oleh senopati menunjukan sejak awal berdirinya Mataram Islam telah dinyatakan sebagai kerajaan yang bercorak islam. 

Raja berkedudukan sebagai pemimpin dan pengatur agama, kedudukan kepemimpinan agama tersebut kemudian diperjelas lagi dengan tambahan gelar Kalipatullah (wali Tuhan di dunia). 

Kerajaan Mataram Islam menjalin hubungan dengan kerajaan-kerajaan Islam di Pulau Jawa Timur, terutama dengan sunan Giri di Gresik untuk menyebarkan agama islam di Mataram Islam. 

Islam dari pesisir Jawa timur memasuki daerah –daerah Mataram Islam melalui lembah Bengawan solo. 

Islam di kembangkan oleh Guru-guru atau orang orang saleh melalui lembaga-lembaga pendidikan agama yang di sebut pesantren.

Para penguasa Kerajaan Mataram Islam mengizinkan pengajaran islam kepada masyarakat melalui pendirian Pesantren-pesantren. 


Secara politis memiliki dua tujuan yang pertama untuk mengambil hati pemimpin islam di Gresik, Sunan Giri yang memiliki pengaruh besar terhadap Raja-raja Islam di Jawa Timur,

sehingga melalui penguasaan pesantren Mataram Islam dapat menjalankan politik islam di pedalaman.

Kedua karena pesantren-pesantren itu sendiri tidak memiliki organisasi yang menyatukan,maka Mataram memandang penyebaran Islam melalui pesantren secara politis tidak berbahaya.

Di setiap daerah didirikan Masjid diantaranya Masjid Jami Pakuncen yang berdiri di  Tegal Arum,Kabupaten Tegal, Jawa Tengah,


yang didirikan oleh Sunan Amangkurat I sebagai salah satu tempat penting dalam penyebaran Islam. Masjid Makam kota gede yang merupakan masjid kuno peninggalan Kerajaan Mataram Islam yang bercorak Jawa. 

Masjid kawedanan. Pada tahun 1633 Sultan Agung mengganti perhitungan tahun Hindu yang berdasarkan perhitungan matahari dengan Tahun Islam yang berdasarkan perhitungan bulan.

Demi tegaknya Islam, Sultan Agung tidak hanya belajar ilmu Agama, tetapi juga menjalin kerja sama dengan para Ulama, 


sehingga Sultan Agung dapat mempermudah dalam menyiarkan agama islam kepada masyarakat Mataram Islam. Pada masa pemerintahan Sultan Agung,

para ulama yang ada di Kerajaan Mataram Islam di bagi dalam tiga bagian, yaitu pertama, ulama yang masih berdarah bangsawan,

Kedua, ulama yang bekerja dalam birokrasi (abdi dalem). Ketiga, ulama pedesaan.

Ulama bangsawan adalah ulama yang lahir dari pernikahan para bangsawan Mataram Islam dengan putri dari keluarga ulama atau ulama yang lahir dari pernikahan para ulama dengan putri bangsawan. 

Ulama abdi dalem adalah ulama yang bertugas mengurusi soal-soal yang berhubungan dengan agama dikalangan kerahaan.

Ulama pedesaan adalah ulama yang tinggal di plosok pedesaan.

Baca Juga :

Post a Comment for "Sejarah Kerajaan Mataram Islam"