Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Kisah Kesaktian Sunan Sendang Duwur: Pindahkan Masjid dari Jepara ke Lamongan dalam Satu Malam

maps.google.com

Sunan Sendang Duwur adalah satu wali Allah yang hidup dan menyebarkan agama Islam di wilayah sekitar Desa Sendang Duwur, Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan.

Sunan Sendang Duwur bernama asli Raden Nur Rohmat. Makamnya terletak persis di samping masjid yang sangat legendaris. Masjid yang dibangun tidak pada tempatnya. Masjid yang didapatkan bukan dengan tenaga fisik melainkan tenaga batin.

Salah satu cerita legendaris tentang masjid Sunan Sendang Duwur tentu masih belum banyak diketahui di telinga orang luar. Akan tetapi, kisah kesaktian tersebut sudah menjadi legenda dan kepercayaan masyarakat sekitar.

Masjid kuno yang berukuran cukup besar di bukit bernama Tunon itu ternyata merupakan pindahan dari Jepara. Bukan dipindah dengan menggunakan alat berat, melainkan dengan kekuatan batin yang tidak bisa dimiliki oleh orang sembarangan. Bagaimana kisahnya? Simak ulasannya sebagai berikut.

Sejarah Sunan Sendang Duwur

Sunan Sendang Duwur adalah sosok penyebar dakwah Islam di pesisir timur utara Pulau Jawa yang hidup antara tahun 1520 sampai 1585 M. Ia merupakan sosok yang sangat dikagumi oleh masyarakat sekitar.

Nama asli Sunan Sendang Duwur adalah Raden Noer Rohmat. Ia merupakan putra dari Abdul Kohar bin Malik bin Sultan Abu Yazid yang berasal dari Baghdad, Irak. Sedangkan ibunya adalah perempuan lokal yang bernama Dewi Sukarsih.

Dewi Sukarsih adalah putri dari sosok tokoh agama di wilayah Sidajoe (Sedayu Lawas) bernama Joko Sumitro. Lokasi Sidajoe berada di pesisir pantai Utara Jawa Timur yang berjarak sekitar 20-an km dari Kota Tuban.

maps.google.com

Sidajoe memiliki peradaban yang lebih maju dibanding wilayah lain. Pada masa remaja Noer Rohmat, terjadilah sebuah konflik di wilayah Sidajoe. Dalam rangka melindungi anaknya dari bahaya, Dewi Sukarsih membawa Noer Rohmat ke selatan.

Tempat tersebut berama Tunon. Sebuah wilayah yang masih dipenuhi oleh semak dan hutan. Di sana, Noer Rohmat dan ibunya melakukan babat alas dan memutuskan untuk tinggal. Wilayah Tunon sekarang dikenal sebagai Sendang Duwur.

Noer Rohmat kemudian menetap di Sendang Duwur dan belajar agama kepada Sunan Drajat. Lokasi antara Sendang Duwur dan Desa Drajat tidaklah jauh. Hanya berjarak sekitar 8 km saja.

Kedekatan antara Noer Rohmat dengan Sunan Drajat membuat sang guru memberikan gelar atau nama kehormatan kepada muridnya yaitu Sunan Sendang Duwur. Nama tersebutlah yang sampai sekarang dikenal di seluruh penjuru negeri.

Masjid Sunan Sendang Duwur

Masjid Sunan Sendang Duwur adalah salah satu bukti dakwah sang sunan dapat diterima dengan baik oleh masyarakat sekitar. Semakin besar masjid, maka semakin besar pula antusiasme warga lokal terhadap ajaran yang dibawa oleh Sunan Sendang Duwur. 

Namun, meski berdiri megah di atas sebuah bukit Desa Sendang Duwur, masjid tersebut ternyata menurut kisahnya tidak dibangun di sana. Masjid Sunan Sendang Duwur merupakan pindahan dari masjid dari Jepara milik Ratu Kalinyamat.

maps.google.com

Masjid Sunan Sendang Duwur berukuran 15x15 meter. Pada sekitar abad ke-16 masjid tersebut termasuk dalam masjid yang cukup besar. Terlebih, wilayah yang menjadi ladang dakwah Sunan Sendang Duwur juga bukan wilayah perkotaan dan pusat pemerintahan.

Sampai sekarang, masjid Sunan Senang Duwur masih berdiri megah dan digunakan oleh masyarakat sekitar untuk beribadah. Selain itu, di dalam masjid juga masih menyimpan banyak sekali ornamen-ornamen klasik yang mendukung nilai historis dari masjid tersebut.

Banyak kisah legendaris yang sudah menjadi kepercayaan bagi masyarakat lokal tentang masjid peninggalan Sunan Sendang Duwur tersebut. Salah satunya adalah perihal proses pembangunannya yang sangat misterius.

Kisah Pemindahan: Masjid Milik Ratu Kalinyamat

Masjid Sunan Sendang Duwur menurut catatan berdiri pada tahun 1561 M. Pada tahun tersebut, Sunan Sendang Duwur sudah berusia 41 tahun. Pada masa lalu, usia 41 adalah usia yang sangat matang untuk melakukan dakwah kepada masyarakat.

Sebelum berada di lokasinya sekarang, dikisahkan bahwa masjid Sunan Sendang Duwur merupakan masjid milik Mbok Rondho Manthingan atau Retno Kencono atau Nimas Ratu Kalinyamat dari Jepara. 

KITLV

Saat baru saja mendapatkan gelar sebagai sunan dari Sunan Drajat, Sunan Sendang Duwur menginginkan membangun sebuah masjid di wilayah Tunon. Sang guru, Sunan Drajat pun mengabarkan permintaan tersebut kepada Sunan Kalijaga yang mengarahkan kepada Ratu Kalinyamat.

Kisah lain menceritakan bahwa Ratu Kalinyamat dari Jepara membuat sebuah masjid yang berbentuk Joglo pada tahun 1531, ia kemudian membuat sayembara siapa saja boleh memiliki masjid tersebut asalkan bisa memindahkannya sendiri.

Pemindahan Masjid dari Jepara ke Tunon

Sunan Drajat yang mendengar kabar baik dari Ratu Kalinyamat perihal masjid di Jepara langsung memerintahkan Sunan Sendang Duwur untuk membeli masjid itu dari Ratu dari Manthingan, Jepara tersebut. Namun, Sang ratu ternyata tidak berniat menjualnya.

Ratu Kalinyamat memberikan persyaratan kepada Sunan Sendang Duwur untuk memindahkan sendiri masjid tersebut ke tempat yang ia inginkan. Tanpa membayar sepeserpun. Hal itulah yang membuat Sunan Sendang Duwur bersemangat.

KITLV

Ia berdoa kepada Allah dan beribadah dengan sangat tekun selama 40 hari 40 malam. Memohon agar masjid milik Ratu Kalinyamat tersebut bisa dipindahkan ke Tunon (sekarang Sendang Duwur) tanpa ada kerusakan sedikit pun.

Masjid yang sudah diidam-idamkan sejak lama itu pun bisa berpindah dari Jepara ke Sendang Duwur dalam waktu satu malam. Masjid tersebut pun kemudian menjadi ladang dakwah dan penyebaran agama Islam bagi Raden Noer Rohmat di wilayah Sendang Duwur. 

Tidak ada kepastian terkait kisah kesaktian Sunan Sendang Duwur tersebut, akan tetapi kisah ini sudah menjadi legenda dan dipercaya oleh masyarakat lokal sebagai sebuah kebenaran.

Post a Comment for "Kisah Kesaktian Sunan Sendang Duwur: Pindahkan Masjid dari Jepara ke Lamongan dalam Satu Malam"